Ini Perbedaan Antara Asteroid, Komet dan Meteor
Angkasa luar merupakan batas akhir yang tak terhingga mulai dari partikel terkecil hingga partikel terbesar, oleh karena itu angkasa luar biasa disebut juga sebagai petualangan akhir dengan kemungkinan yang tak terbatas. Bumi, Matahari dan Bulan hanyalah sebagian kecil dari obyek partikel yang menghuni luasnya angkasa luar.
Obyek angkasa luar sangatlah banyak dan tak terhingga dengan penamaan yang bervariasi baik dari yang terlihat hingga yang tak berwujud. Di tata surya kita sendiri saja ada miliaran, mungkin triliunan, objek yang mengorbit matahari, seperti komet, asteroid, meteoroid, meteor, meteorit dan lain sebagainya. Beberapa istilah nama dari obyek angkasa luar tersebut mungkin sudah sering kita dengar, namun masih banyak kekeliruan dalam mengintrepetasikan obyek luar angkasa tersebut dikarenakan saking banyaknya julukan dan arti dari masing-masing nama sehingga tidak mudah diingat oleh orang awam kebanyakan.
Sebelum menjelaskan lebih jauh sebagai topik pembahasan artikel kali ini adalah perbedaan obyek luar angkasa berikut definisinya untuk Asteroid, Komet dan Meteor.
Ini adalah sisa bebatuan dari pembentukan planet-planet di tata surya. Mereka kebanyakan mengorbit matahari di sabuk asteroid antara Mars dan Jupiter, dengan ukuran berkisar sebesar mobil hingga planet kerdil.
Pada pandangan pertama, asteroid mungkin tampak seperti batu ruang angkasa berusia miliaran tahun, tetapi sisa-sisa tata surya kuno ini muncul dalam segala bentuk, ukuran dan warna.
Meskipun perawakannya kecil, asteroid juga disebut planet minor atau planetoid. Ukuran mereka berkisar antara 3 kaki (1 meter) hingga hampir seperempat ukuran Bulan (diameter sekitar 590 mil atau 950 kilometer), seperti Ceres.
Karena posturnya yang besar, Ceres menerima predikat sebagai planet kerdil pada 2006 --perbedaan kontroversial yang sama yang diberikan kepada Pluto.
Sebagian besar asteroid terlihat seperti kentang antariksa raksasa, dengan bentuk dan permukaan lonjong yang ditandai oleh banyak kawah yang disebabkan oleh tabrakan dengan asteroid lainnya.
Hanya sejumlah kecil asteroid yang cukup besar yang gravitasinya bisa membentuk mereka menjadi seperti bola, seperti Ceres.
Komposisi asteroid umumnya berasal dari reruntuhan puing berbatu yang terdiri dari tanah liat dan batu silikat, hingga penggabungan logam yang terang dan padat seperti besi atau nikel, menurut NASA.
Hampir semua asteroid ditemukan di daerah berbentuk donat antara Mars dan Jupiter, yang disebut sabuk asteroid. Sabuk itu terbentuk tidak lama setelah kelahiran Yupiter, ketika gravitasi planet raksasa itu menjebak sisa-sisa pembentuk planet, menyebabkan mereka bertabrakan satu sama lain dan membentuk jutaan asteroid yang kita lihat pada hari ini.
Komet bisa diartikan sebagai "bola salju ruang angkasa yang kotor". Sebagian besar komet terbentuk dari es dan debu yang berasal selama kelahiran tata surya pada periode 4,6 miliar tahun silam.
Kebanyakan komet memiliki orbit yang stabil di bagian luar tata surya dengan melewati Neptunus.
Selama ribuan tahun, penampakan sebuah komet menimbulkan ketakutan dan kekaguman di kalangan umum. Astronom pada zaman dulu percaya bahwa kemunculan komet menubuatkan kematian pangeran dan menentukan hasil perang.
Sedangkan para astronom modern tahu bahwa komet adalah sisa lapisan es dari bahan yang membentuk tata surya kita pada miliaran tahun lalu.
Fred Whipple adalah ilmuwan yang pertama menggambarkan komet sebagai "bola salju kotor" atau konglomerat (massa atau campuran yang terjadi dari bermacam-macam unsur) gas dingin dan debu beku.
Bola salju itu kemudian membentuk inti pusat sebuah komet, yang ukurannya kurang dari beberapa mil, menurut NASA. Ketika sebuah komet mendekati matahari, nukleus (inti) memanas dan es mulai menyublim dari padat menjadi gas.
Proses itu menghasilkan atmosfer di sekitar komet yang dapat tumbuh hingga ribuan mil, yang kemudian disebut coma. Tekanan radiasi dari matahari mengembuskan partikel debu dalam coma untuk menghasilkan ekor komet yang panjang dan cerah.
Sedangkan ekor kedua terbentuk ketika partikel surya berenergi tinggi mengionisasi gas, menciptakan ekor ion terpisah.
Perbedaan antara komposisi asteroid dan komet kemungkinan berasal dari "cara" dan "tempat" keduanya dilahirkan, tulis Britt Scharringhausen, seorang profesor astronomi di Beloit College di Wisconsin.
"Meski asteroid dan komet terbentuk pada saat yang sama, namun mereka tidak tercipta dengan kondisi yang sama," kata Scharringhausen.
"Tata surya terbentuk dari nebula matahari, awan gas dan debu. Di pusat nebula, matahari dilahirkan melalui keruntuhan gravitasi. Karena keruntuhan inilah, yang melepaskan panas, wilayah pusat nebula lebih panas dan lebih padat, sedangkan daerah luar lebih dingin."
Asteroid terbentuk di dekat pusat nebula, di mana hanya batuan atau logam yang bisa tetap solid di bawah suhu ekstrem.
Komet terbentuk di luar frost line, tempat yang cukup dingin bagi air cair dan gas --seperti karbon dioksida-- untuk membeku. Karena itu, komet umumnya hanya ditemukan di ujung tata surya, di dua daerah bernama Kuiper Belt dan Oort Cloud.
Meteoroid adalah asteroid kecil atau remah-remah komet atau planet yang pecah. Ukurannya mulai dari sebutir pasir hingga batu selebar 1 meter.
Ketika meteoroid bertabrakan dengan atmosfer sebuah planet, mereka berubah menjadi meteor.
Jika meteor ini berhasil melewati atmosfer dari sebuah planet dengan selamat dan kondisinya masih utuh, maka disebut meteorit.
Meteoroid adalah batuan ruang angkasa yang asal mulanya dari tata surya. Tidak lebih besar dari satu meter dan kadang-kadang hanya seukuran sebutir debu.
Meteoroid terlalu kecil untuk dianggap asteroid atau komet, tetapi banyak juga meteoroid yang merupakan pecahan dari asteroid atau komet. Beberapa meteoroid berasal dari puing-puing yang terlontar yang disebabkan oleh gesekan atau tabrakan pada planet atau Bulan dengan objek tertentu.
Jika meteoroid masuk ke atmosfer sebuah planet, seperti halnya Bumi, mereka menjadi meteor atau biasa disebut bola api (bolide). Cahaya berapi yang dilepaskan oleh meteor ketika mereka terbakar di atmosfer bisa tampak lebih terang daripada planet Venus, itulah sebabnya mereka mendapat julukan "bintang jatuh," menurut NASA.
Para ilmuwan memperkirakan lebih dari 48 ton (43.500 kilogram) material meteoritik jatuh ke Bumi setiap hari. Jika sebuah meteor mampu bertahan saat melalui atmosfer dan sampai di tanah, maka itu disebut meteorit.
Ketika Bumi melewati jejak puing-puing yang ditinggalkan oleh sebuah komet, maka kita di Bumi akan disuguhi pemandangan hujan meteor.
Hujan meteor Perseid adalah salah satu yang paling spektakuler, yang terjadi setiap tahun sekitar 12 Agustus. Pada puncaknya, 50 hingga 75 meteor per jam dapat dilihat jika langit cerah. Perseid disebabkan oleh meteoroid yang terputus dari komet Swift-Tuttle.
Demikian informasi singkat mengenai Perbedaan Antara Asteroid, Komet dan Meteor, lebih dan kurangnya harap dimaklumi. Akhir kata semoga bisa bermanfaat.
Obyek angkasa luar sangatlah banyak dan tak terhingga dengan penamaan yang bervariasi baik dari yang terlihat hingga yang tak berwujud. Di tata surya kita sendiri saja ada miliaran, mungkin triliunan, objek yang mengorbit matahari, seperti komet, asteroid, meteoroid, meteor, meteorit dan lain sebagainya. Beberapa istilah nama dari obyek angkasa luar tersebut mungkin sudah sering kita dengar, namun masih banyak kekeliruan dalam mengintrepetasikan obyek luar angkasa tersebut dikarenakan saking banyaknya julukan dan arti dari masing-masing nama sehingga tidak mudah diingat oleh orang awam kebanyakan.
Sebelum menjelaskan lebih jauh sebagai topik pembahasan artikel kali ini adalah perbedaan obyek luar angkasa berikut definisinya untuk Asteroid, Komet dan Meteor.
Informasi Singkat
Luar angkasa atau angkasa luar atau antariksa (juga disebut sebagai angkasa), merujuk pada bagian yang relatif kosong dari Jagad Raya, di luar atmosfer dari benda "celestial". Istilah luar angkasa digunakan untuk membedakannya dengan ruang udara dan lokasi "terrestrial".
Karena atmosfer Bumi tidak memiliki batas yang jelas, namun terdiri dari lapisan yang secara bertahap semakin menipis dengan naiknya ketinggian, tidak ada batasan yang jelas antara atmosfer dan angkasa. Ketinggian 100 kilometer atau 62 mil ditetapkan oleh Fédération Aéronautique Internationale merupakan definisi yang paling banyak diterima sebagai batasan antara atmosfer dan angkasa.
Di Amerika Serikat, seseorang yang berada di atas ketinggian 80 km ditetapkan sebagai astronot. 120 km (75 mil atau 400.000 kaki) menandai batasan di mana efek atmosfer menjadi jelas sewaktu proses memasuki kembali atmosfer (re-entry). (Lihat juga garis Karman).
Angkasa tidak sama dengan orbit
Kesalahan pengertian umum tentang batasan ke angkasa adalah orbit terjadi dengan mencapai ketinggian ini. Orbit membutuhkan kecepatan orbit dan secara teoretis dapat terjadi pada ketinggian berapa saja. Gesekan atmosfer mencegah sebuah orbit yang terlalu rendah.
Ketinggian minimal untuk orbit stabil dimulai sekitar 350 km (220 mil) di atas permukaan laut rata-rata, jadi untuk melakukan penerbangan angkasa orbital nyata, sebuah pesawat harus terbang lebih tinggi dan (yang lebih penting) lebih cepat dari yang dibutuhkan untuk penerbangan angkasa sub-orbital.
Mencapai orbit membutuhkan kecepatan tinggi. Sebuah pesawat belum mencapai orbit sampai ia memutari Bumi begitu cepat sehingga gaya sentrifugal ke atas membatalkan gaya gravitasi ke bawah pesawat. Setelah mencapai di luar atmosfer, sebuah pesawat memasuki orbit harus berputar ke samping dan melanjutkan pendorongan roketnya untuk mencapai kecepatan yang dibutuhkan; untuk orbit Bumi rendah, kecepatannya sekitar 7,9 km/s (28.400 km/jam — 18.000 mill/jam). Oleh karena itu, mencapai ketinggian yang dibutuhkan merupakan langkah pertama untuk mencapai orbit.
Energi yang dibutuhkan untuk mencapai kecepatan untuk orbit bumi rendah 32MJ/kg sekitar dua puluh kali energi yang dibutuhkan untuk mencapai ketinggian dasar 10 kJ/km/kg.
Sumber : Wikipedia
Luar angkasa atau angkasa luar atau antariksa (juga disebut sebagai angkasa), merujuk pada bagian yang relatif kosong dari Jagad Raya, di luar atmosfer dari benda "celestial". Istilah luar angkasa digunakan untuk membedakannya dengan ruang udara dan lokasi "terrestrial".
Karena atmosfer Bumi tidak memiliki batas yang jelas, namun terdiri dari lapisan yang secara bertahap semakin menipis dengan naiknya ketinggian, tidak ada batasan yang jelas antara atmosfer dan angkasa. Ketinggian 100 kilometer atau 62 mil ditetapkan oleh Fédération Aéronautique Internationale merupakan definisi yang paling banyak diterima sebagai batasan antara atmosfer dan angkasa.
Di Amerika Serikat, seseorang yang berada di atas ketinggian 80 km ditetapkan sebagai astronot. 120 km (75 mil atau 400.000 kaki) menandai batasan di mana efek atmosfer menjadi jelas sewaktu proses memasuki kembali atmosfer (re-entry). (Lihat juga garis Karman).
Kesalahan pengertian umum tentang batasan ke angkasa adalah orbit terjadi dengan mencapai ketinggian ini. Orbit membutuhkan kecepatan orbit dan secara teoretis dapat terjadi pada ketinggian berapa saja. Gesekan atmosfer mencegah sebuah orbit yang terlalu rendah.
Ketinggian minimal untuk orbit stabil dimulai sekitar 350 km (220 mil) di atas permukaan laut rata-rata, jadi untuk melakukan penerbangan angkasa orbital nyata, sebuah pesawat harus terbang lebih tinggi dan (yang lebih penting) lebih cepat dari yang dibutuhkan untuk penerbangan angkasa sub-orbital.
Mencapai orbit membutuhkan kecepatan tinggi. Sebuah pesawat belum mencapai orbit sampai ia memutari Bumi begitu cepat sehingga gaya sentrifugal ke atas membatalkan gaya gravitasi ke bawah pesawat. Setelah mencapai di luar atmosfer, sebuah pesawat memasuki orbit harus berputar ke samping dan melanjutkan pendorongan roketnya untuk mencapai kecepatan yang dibutuhkan; untuk orbit Bumi rendah, kecepatannya sekitar 7,9 km/s (28.400 km/jam — 18.000 mill/jam). Oleh karena itu, mencapai ketinggian yang dibutuhkan merupakan langkah pertama untuk mencapai orbit.
Energi yang dibutuhkan untuk mencapai kecepatan untuk orbit bumi rendah 32MJ/kg sekitar dua puluh kali energi yang dibutuhkan untuk mencapai ketinggian dasar 10 kJ/km/kg.
Sumber : Wikipedia
Asteroid
Ini adalah sisa bebatuan dari pembentukan planet-planet di tata surya. Mereka kebanyakan mengorbit matahari di sabuk asteroid antara Mars dan Jupiter, dengan ukuran berkisar sebesar mobil hingga planet kerdil.
Pada pandangan pertama, asteroid mungkin tampak seperti batu ruang angkasa berusia miliaran tahun, tetapi sisa-sisa tata surya kuno ini muncul dalam segala bentuk, ukuran dan warna.
Meskipun perawakannya kecil, asteroid juga disebut planet minor atau planetoid. Ukuran mereka berkisar antara 3 kaki (1 meter) hingga hampir seperempat ukuran Bulan (diameter sekitar 590 mil atau 950 kilometer), seperti Ceres.
Karena posturnya yang besar, Ceres menerima predikat sebagai planet kerdil pada 2006 --perbedaan kontroversial yang sama yang diberikan kepada Pluto.
Sebagian besar asteroid terlihat seperti kentang antariksa raksasa, dengan bentuk dan permukaan lonjong yang ditandai oleh banyak kawah yang disebabkan oleh tabrakan dengan asteroid lainnya.
Hanya sejumlah kecil asteroid yang cukup besar yang gravitasinya bisa membentuk mereka menjadi seperti bola, seperti Ceres.
Komposisi asteroid umumnya berasal dari reruntuhan puing berbatu yang terdiri dari tanah liat dan batu silikat, hingga penggabungan logam yang terang dan padat seperti besi atau nikel, menurut NASA.
Hampir semua asteroid ditemukan di daerah berbentuk donat antara Mars dan Jupiter, yang disebut sabuk asteroid. Sabuk itu terbentuk tidak lama setelah kelahiran Yupiter, ketika gravitasi planet raksasa itu menjebak sisa-sisa pembentuk planet, menyebabkan mereka bertabrakan satu sama lain dan membentuk jutaan asteroid yang kita lihat pada hari ini.
Komet
Komet bisa diartikan sebagai "bola salju ruang angkasa yang kotor". Sebagian besar komet terbentuk dari es dan debu yang berasal selama kelahiran tata surya pada periode 4,6 miliar tahun silam.
Kebanyakan komet memiliki orbit yang stabil di bagian luar tata surya dengan melewati Neptunus.
Selama ribuan tahun, penampakan sebuah komet menimbulkan ketakutan dan kekaguman di kalangan umum. Astronom pada zaman dulu percaya bahwa kemunculan komet menubuatkan kematian pangeran dan menentukan hasil perang.
Sedangkan para astronom modern tahu bahwa komet adalah sisa lapisan es dari bahan yang membentuk tata surya kita pada miliaran tahun lalu.
Fred Whipple adalah ilmuwan yang pertama menggambarkan komet sebagai "bola salju kotor" atau konglomerat (massa atau campuran yang terjadi dari bermacam-macam unsur) gas dingin dan debu beku.
Bola salju itu kemudian membentuk inti pusat sebuah komet, yang ukurannya kurang dari beberapa mil, menurut NASA. Ketika sebuah komet mendekati matahari, nukleus (inti) memanas dan es mulai menyublim dari padat menjadi gas.
Proses itu menghasilkan atmosfer di sekitar komet yang dapat tumbuh hingga ribuan mil, yang kemudian disebut coma. Tekanan radiasi dari matahari mengembuskan partikel debu dalam coma untuk menghasilkan ekor komet yang panjang dan cerah.
Sedangkan ekor kedua terbentuk ketika partikel surya berenergi tinggi mengionisasi gas, menciptakan ekor ion terpisah.
Perbedaan antara komposisi asteroid dan komet kemungkinan berasal dari "cara" dan "tempat" keduanya dilahirkan, tulis Britt Scharringhausen, seorang profesor astronomi di Beloit College di Wisconsin.
"Meski asteroid dan komet terbentuk pada saat yang sama, namun mereka tidak tercipta dengan kondisi yang sama," kata Scharringhausen.
"Tata surya terbentuk dari nebula matahari, awan gas dan debu. Di pusat nebula, matahari dilahirkan melalui keruntuhan gravitasi. Karena keruntuhan inilah, yang melepaskan panas, wilayah pusat nebula lebih panas dan lebih padat, sedangkan daerah luar lebih dingin."
Asteroid terbentuk di dekat pusat nebula, di mana hanya batuan atau logam yang bisa tetap solid di bawah suhu ekstrem.
Komet terbentuk di luar frost line, tempat yang cukup dingin bagi air cair dan gas --seperti karbon dioksida-- untuk membeku. Karena itu, komet umumnya hanya ditemukan di ujung tata surya, di dua daerah bernama Kuiper Belt dan Oort Cloud.
Meteoroid, Meteor, Meteorit
Meteoroid adalah asteroid kecil atau remah-remah komet atau planet yang pecah. Ukurannya mulai dari sebutir pasir hingga batu selebar 1 meter.
Ketika meteoroid bertabrakan dengan atmosfer sebuah planet, mereka berubah menjadi meteor.
Jika meteor ini berhasil melewati atmosfer dari sebuah planet dengan selamat dan kondisinya masih utuh, maka disebut meteorit.
Meteoroid adalah batuan ruang angkasa yang asal mulanya dari tata surya. Tidak lebih besar dari satu meter dan kadang-kadang hanya seukuran sebutir debu.
Meteoroid terlalu kecil untuk dianggap asteroid atau komet, tetapi banyak juga meteoroid yang merupakan pecahan dari asteroid atau komet. Beberapa meteoroid berasal dari puing-puing yang terlontar yang disebabkan oleh gesekan atau tabrakan pada planet atau Bulan dengan objek tertentu.
Jika meteoroid masuk ke atmosfer sebuah planet, seperti halnya Bumi, mereka menjadi meteor atau biasa disebut bola api (bolide). Cahaya berapi yang dilepaskan oleh meteor ketika mereka terbakar di atmosfer bisa tampak lebih terang daripada planet Venus, itulah sebabnya mereka mendapat julukan "bintang jatuh," menurut NASA.
Para ilmuwan memperkirakan lebih dari 48 ton (43.500 kilogram) material meteoritik jatuh ke Bumi setiap hari. Jika sebuah meteor mampu bertahan saat melalui atmosfer dan sampai di tanah, maka itu disebut meteorit.
Ketika Bumi melewati jejak puing-puing yang ditinggalkan oleh sebuah komet, maka kita di Bumi akan disuguhi pemandangan hujan meteor.
Hujan meteor Perseid adalah salah satu yang paling spektakuler, yang terjadi setiap tahun sekitar 12 Agustus. Pada puncaknya, 50 hingga 75 meteor per jam dapat dilihat jika langit cerah. Perseid disebabkan oleh meteoroid yang terputus dari komet Swift-Tuttle.
Demikian informasi singkat mengenai Perbedaan Antara Asteroid, Komet dan Meteor, lebih dan kurangnya harap dimaklumi. Akhir kata semoga bisa bermanfaat.
No comments